Sejarah Perkembangan MSDM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Tengah Semester
Dosen Pengampu: Bp. Abdul Choliq
DisusunOleh:
Ulya Anisa Unasecha (1601036119)
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
20117
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 3000 SM, arsitek Mesir kuno
berhasil mewujudkan karyanya berupa piramid cheops. Piramid itu terdiri
atas 2.300.000 batu. Setiap batu berkisar setengah sampai dengan satu ton yang
disusun rapi dan kokoh. Pembangunan piramid ini melibatkan ratusan ribu tenaga
kerja. Tanpa adanya manajemen yang baik, piramid itu mustahil terwujud.
Jadi manajemen sebenarnya sudah ada sejak
manusia ini ada. Hanya saja istilah manajemen baru muncul pada tahun 1886. Di
Indonesia manajemen sudah dipraktikkan pada masa prasejarah. Adanya candi
Borobudur pada abad ke-8 dan candi Prambanan pada abad ke-9 merupakan salah
satu bukti bahwa manajemen sudah lama dipraktikkan di Indonesia.
Masalah sumber daya manusia masih menjadi
sorotan dan tumpuan bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan diera
Globalisasi. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap kegiatan
perusahaan. Walaupun didukung dengan sarana dan prasarana serta sumber dana
yang berlebihan, tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang andal kegiatan
perusahaan-perusahaan tidak akan terselesaikan dengan baik. Hal ini menunjukkan
bahwa sumber daya manusia merupakan kunci pokok, sumber daya manusia yang akan
menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Dalam era globalisasi ini, persaingan antar
negara, kelompok dan individu akan semakin ketat.dalam persaingan ini
seandainya umat isalm tidak dapat mengoptimalkan dirinya, maka peran sebagai
khalifah Allah dimuka bumi ini jelas tidak akan mampu diembannya.
Kita perlu mengingat kembali dan merenungi
posisi serta kedudukan kita sebagai umat islam, yang disebut dalam Al-quran
sebagai sebaik-baik umat. Secara spesifik Al-quran menggambarkan karakteristik sumber daya manusia yang
berkualitas ( ulul albab) dalam surah Al-Zumar: 17-18. Sumber manusia yang berkualitas inilah yang
dimaksud Al-quran dengan ulul albab yang telah dianugrahi hikmah oleh Allah.
D. Dalil Naqli Al-quran dan Hadist Tentang
MSDM
A. Ayat-Ayat Yang Terkait
Dengan ayat-ayat berikut kita
dapat mengetahui bahwa dalam pembahasan mengenai sumber daya manusia Al-qur’an
telah memberikan beberapa petunjuk dalam proses kehidupan dimuka bumi ini. Berikut merupakan ayat-ayat yang berkaitan mengenai
sumber daya manusia:
1.
Surat Al-Baqarah ayat 30
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan (ingatlah) ketika tuhan-Mu Berfirman kepada Malaikat,
“Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi.” Meraka berkata, “apakah engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfrman, “Sungguh, Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (30)
2.Surat Al-Baqarah ayat 31
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى
الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“{Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya Berfirman, “sebutkan
kepadaku nama (benda) ini, jika kamu yang benar.”
3. Surat Ar-Rum ayat 30
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُون
|
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Surat Ar-Rum
ayat 41
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
|
|
“Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).”t
5. Surat
Al-Hadid ayat 7
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا
جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا
لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ (٧)
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah
(di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai
penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan
meinfakkannya (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.”
6. Surat Al-Mulk ayat 15
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا
فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dialah Yang
menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al
Mulk: 15).
7. Surat
Al-Qashash ayat 77
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا
تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. (Q.S Al-qashas : 77)”
Kata kunci adalah sebuah kata dalam ayat
terkait yang dapat menjabarkan atau menjelaskan maksud dari ayat tersebut,
sehingga kita dapat tahu arti dari ayat yang diturunkan tersebut. Berikut
adalah pembahasan mengenai kata kunci dari ayat-ayat di atas:
1. Surat Al-Baqarah
ayat 30
Wa idz qaala rabbuka lil malaa-ikati inni ja’ilun fil
ardhi Khaliifah = Ketika
tuhanmu bertitah kepada para malaikat, “Sesungguhnya aku akan menjadikan
khalifah di bumi.” Hai muhammad,
ingatkah kaummu bahwa Tuhan telah memberi tahu kepada para malaikat untuk
menciptakan manusia sebagai pengganti kaum yang telah binasa; atau kaum yang
terus menerus silih berganti; atau mengangkat seseorang petugas yang
melaksanakan perintah Allah. Menurut pendapat sebagian ahli tafsir, firman
Allah tersebut memberi pengertian bahwa sebelum adam (manusia) manusia
diciptakan telah ada makhluk lain yang mendiami bumi. tetapi karena berbuat
durhaka kepada Allah, mereka kemudian dibinasakan dan posisinya digantikan
manusia.
Qaaluu ataj’alu fiihaa may yufsidu fiihaa wa yasfikud
dimaa-a = Para
malaikat berkata: “apakah engkau jadikan di dalamnya orang yang membuat
kerusakan dan menumpahkan darah?”Malaikat
mengajukan pertanyaan, apakah tuhan akan menjadikan manusia sebagai khalifah di
bumi yang hanya akan melakukan kerusakan dan menumpahkan darah?
Wa nahnu nusabbihu bi hamdika wa nuqaddisu laka = Padahal kami mengakui kesucian Engkau dengan memuji dan
mengkuduskan Engkau. Kata malaikat
lagi, kami telah mensucikan Engkau dari segala yang tidak layak dengan
keagungan-Mu, serta tidak putus-putusnya memuji Engkau atas nikmat yang telah
Engkau curahkan kepada kami. Engkau telah membimbing kami kepada ibadat dan
mensifati-Mu dengan sifat-sifat yang sesuai dengan kebesaran-Mu dan kami pun
membersihkan diri dari perbuatan dosa.Ringkasnya, para malaikat seolah protes,
mengapa makhluk manusia yang demikian keadaannya yang akan Kau jadikan khalifah
di bumi, bukan kami yang telah terpelihara (bebas) dari kesalahan-kesaahan?
Qaala innii a’lamu maa laa ta’lamuun = Tuhan berfirman: “Sesunggunya aku maha tahu atas apa
yang tidak kamu ketahui.”Aku menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi, karena Aku tahu kemaslahatan yang tidak kamu
ketahui. Dalam rangkaian ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa segala perbuatan-Nya
mengandung hikmah yang dalam, meskipun tersembunyi bagi malaikat. Dalam ayat
ini ataupun ayat-ayat yang akan diterangkan kemudian mengungkapkan kisah
penciptaan manusia.
2. Surat
Al-Baqarah ayat 31
Wa ‘allamaa adamal asma-a kullahaa = Dan Allah mengajarkan Adam segala macam nama.Tampaknya jawaban Tuhan sebelumnya kurang memuaskan
malaikat, oleh karenanya Tuhan langsung memperlihatkan hikmah penciptaan Adam
sebagai khalifah di bumi dengan mengajarkannya macam-macam nama makhluk
sekaligus. Yang dimaksud dengan segala macam nama adalah sesuatu, di mana
dengan nama-nama itu, kita bisa mengenal pemilik nama. Yang
dimaksud dengan ilmu dalam ayat ini adalah memahami segala yang diketahui.
Kata-kata yang dipergunakan untuk meunjukkan sesuatu yang telah diketahui
berbeda-beda, sesuai dengan bahasa dan istilah yang ditetapkan (disepakati)
masing-masing golongan atau masyarakat.
Tsumma
‘ara-dhahum ‘alal malaa-ikati = Kemudian mengajukan mereka
(yang punya nama) kepada malaikat. Sesudah mengajarkan nama-ama itu
kepada Adam, maka Tuhan dengan jalan ilham, memperlihatkan benda-benda itu
ataupun yang lain kepada malaikat. Boleh jadi Tuhan mengajukan contoh-contoh
makhluk, dan dengan contoh-contoh itu bisa diketahui nama benda-benda tersebut
secara keseluruhan, termasuk tatanan-tatanannya.
Fa
qaala ambi-uuni bi asmaa-i haa-ulaa-i = Allah berfirman:
“Terangkanlah kepada-Ku nama-nama mereka itu.”Tuhan memrintah para malaikat
agar menjelaskan nama-nama benda itu dengan sesuatu yang bisa memberi
pengertian untuk memperlihatkan kelemahan mereka, karena tidak mengetahuinya.
Juga untuk menunjukkan bahwa memegang jabatan khalifah di bumi, mengelola dan
menata urusan dan mengakkan keadilan, bisa dilakukan sesudah mengetahui
tingkatan adat kebiasaan dan setelah mengetahui siapa yang ahli untuk jabatan
itu.
In
kuntum shaadikiin = Jika kamu sekalian benar. Jika
kamu meragukan, mengapa kekhalifahan di bumi diserahkan kepada manusia, dan
jika
pandanganmu
bahwa manusia tidak memiliki kemanfaatan dan tidak mempuyai
kelayakan
untuk dijadikan khalifah itu memang benar, sedangkan di sisi lain kamu
sekalian
merasa memiliki banyak ilmu maka jelaskan kepada-Ku tentang nama-nama makhluk
itu yang lebih sulit daripada mengetahui sebab-sebab pengangkatan Adam sebagai
khalifah di bumi. Dalam mengupas surat Al-Baqarah ayat 30 dan
31 ini, penulis memaparkan mengenai arti kekhalifahan mempunyai tiga unsur,
yakni:
a. Manusia
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dibandingkan
makhluk lain yang ada dimuka bumi ini, manusia mempunyai sebuah akal pikiran
yang sangat janggih untuk berpikir atas apa yang akan dilakukan. Namun walaupun
manusia sudah dibekali dengan akal pikiran yang baik oleh Allah, tetap saja
dalam melaksanakan kebutuhan hidupnya manusia tidak akan bisa terlepas dengan
manusia lainnya, karena manusia diciptakan juga untuk saling mengenal satu sama
lain, jadi dapat pula dikatakan bahwa kehidupa manusia juga bergantung dengan
manusia yang lain untuk saling membantu, saling bergotog royong, maupun saling
melakukan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Pada dasarnya akal yang diberikan
oleh Allah mempunyai cara berpikir yang berbeda-beda ataupun karakter yang
berbeda-beda dari setiap individunya, untuk itu semakin bertambahnya jumlah
manusia di muka bumi ini maka banyak pula karakter-karakter baru bermunculan,
dan jika sekian banyak orang ini berkumpul dalam satu tempat atau suatu daerah
yang dimana di dearah tersebut tidak ada salah satu pihak yang menguasai
(khalifah), maka manusia-manusia ini tidak akan bisa bersatu karena tidak dalam
satu ide, satu gagasan, maupun satu tujuan, dan yang diperparah lagi akan dapat
memicu terjadinya sebuah peperangan. Untuk itu perlu adanya seorang khalifah
(pemimpin) untuk menyatukan berbagai macam karakter yang muncul dari
pemikiran-pemikiran yang berbeda-beda pada setiap manusia tersebut. Seorang
pemimpin dapat melindungi semua masyarakatnya dan mempersatukan semua
masyarakatnya dari perbedaan-perbedaan pendapat, cara berpikir, maupun cara
pandang untuk menghindari hal-hal yang memicu terjadinya perpecahan. Seorang pemimpin juga
harus mampu melayani masyarakatnya secara adil, jujur, dan
transparan. Berikut adalah sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
baik dari dari hati, pikiran, perkataan hingga tindakan.
1. lkhlas.
Pemimpin yang ikhlas akan dekat di hati orang-orang yang dipimpinnya. la
mendasari kepemimpinannya dengan rasa mencintai sesamanya serta sarana
beribadah kepada Allah. Keikhlasan hatinya membuat ia tegar terhadap segala
ujian. la tidak mengharapkan pujian, mengabaikan cacian, tidak pernah dendam.
menjalankan kewajibannya yaitu melayani orang-orang yang dipimpinnya. Orang pun
ikhlas dipimpin oleh pemimpin seperti ini.
2. Amanah
& tanggung jawab. Pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab menyebabkan
hak-hak semua anggota tim ditunaikan dengan baik. Rakyat akan mencintai
pemimpin seperti ini.
3. Teguh
pendirian. Pemimpin harus teguh pada kebenaran yang sesuai norma agama dan
hukum masyarakat, Pemimpin tetap profesional dan tak tergelincir pada masalah
KKN yang marak dewasa ini. Bukan hanya korupsinya, tapi juga kolusi dan
nepotisme.
4. Sabar.
Sikap ini selalu menguntungkan, tidak ada kata ruginya sama sekali. Berhadapan
dengan berbagai ragam karakter orang yang harus dilayani menuntut kesabaran
yang tinggi. Pemimpin yang penyabar mampu menangani setiap permasalahan dengan
rasional.
5. Tidak
sombong. Sifat ini dicintai Tuhan, disukai manusia, Pemimpin mestinya tidak
tabu terhadap kritik, tidak gila hormat dan pujian. la tidak menerapkan prinsip
aji mumpung, mumpung punya kuasa.
6. Berkata
benar. Pemimpin yang tetap berkata benar walau dalam apa pun juga keadaannya.
Orang yang jujur disukai (disegani) kawan dan lawan. Sekali berbohong, akan
berbuntut kebohongan lainnya, sehingga akhirnya ia tidak akan mendapat
kepercayaan dari orang Iain.
7. Cinta ilmu.
Ilmu pengetahuan merupakan tonggak kepimpinan. Formalitas dunia bisnis masih
mensyaratkan ijazah sebagai pengukur keilmuan seseorang. Karenanya pemimpin
perlu terus mengasah dirinya dengan Imu, sesuai bidang
atau umum.
Namun yang lebih penting sebenarnya ialah buah kepada ilmu yang dipelajari
dalam bentuk keterampilan dan pengalaman.
8. Mahir
berkomunikasi. Pemimpin harus mahir menggunakan bahasa untuk menimbulkan kesan
positif atas hubungan khususnya antara pemimpin dan individu yang dipimpinnya.
Bahasa komunikasi yang baik bisa membuat seorang pemimpin dipandang menarik
walaupun mungkin penampilannya kurang menarik. Kala menghukum/mengritik nada
bicaranya tidak terasa pedas dan menyakitkan, bahkan justru bisa mendorong
semangat anak buahnya untuk memperbaiki diri. Pujiannya juga pas dan tulus.
9. Tepat
janji. Jika sudah berjanji, sekecil apa pun itu, penting bagi seorang pemimpin
untuk menepatinya agar semakin dipercayai dan disukai. Orang tidak akan
ragu-ragu untuk terus memberi mandat kepada pemimpin yang selalu menepati
janji. Pemimpin yang menabur janji-janji kosong akan membuat anggota tim kecewa
dan memandang pemimpinnya tidak lagi punya integritas yang tinggi.
10.
Berhati-hati. Berhati-hati dalam membuat keputusan atau berbicara menjadikan
seseorang pemimpin dihormati. la selalu bertindak berdasarkan norma atau
pemikiran yang jelas, serta menjauhi perkara yang meragukan (di wilayah
abu-abu). Sikap ini disukai orang karena menunjukkan pemimpin tidak mudah
dipengaruhi oleh pihak-pihak yang punya maksud terselubung.
11.
Mengutamakan kepentingan bersama. Pemimpin yang mengutamakan kepentingan
bersama membuat hak-hak anggota tim terpenuhi dan tenang bekerja dan kehidupan
sehari-hari. Mereka tambah cinta pada pemimpinnya yang memperhatikan
kepentingan mereka melebihi dirinya sendiri.
12. Memahami
dinamika zaman. Seorang pemimpin mengikuti suasana politik, ekonomi dan
aspirasi pengikutnya. Kemampuan memahami keadaan dan menyesuakan diri dengan
keperluan rakyat menjadikan pemimpin diterima orang.
13. Berwawasan
jauh. Pemimpin yang berwawasan jauh senantiasa terencana dan terkontrol
keputusan serta tindakannya. la tidak pernah berpikir jalan pintas serta
sentiasa mempertimbangkan keuntungan jangka panjang bagi anggota timnya.
14.
Antikorupsi. Sikap antikorupsi (zuhud) akan memagari seseorang dari tindakan
mengambil atau menggunakan hak umum. Harta dan aset umum akan dipelihara dengan
baik. Orang akan menyayangi, bahkan mengagumi pemimpin seperti ini.
15. Kuat sisi
spiritualnya. Kekuatan spiritual akan mengontrol tingkah laku seseorang tetap
positif dan produktif. Pemimpin konsisten dengan kebajikan dan menjauhi perkara
yang merugikan orang.
Sungguh memang sangat berat beban, tugas, dan tanggung
jawab seorang pemimpin. Mestinya jabatan pemimpin bukan sebagai bahan rebutan,
tapi sebagai sebuah kewajiban yang harus dijalani dengan sungguh-sungguh, tanpa
pamrih. Jika Anda sudah menjadi seorang pemimpin, sikap-sikap di atas harus
terus ditingkatkan kualitasnya. Ini sebagai satu hal bahwa pemimpin itu artinya
melayani bukan dilayani.
b. Alam
Allah telah menciptakan alam dengan semua isi kekayaan
yang ada di dalamnya secara Cuma-Cuma untuk manusia. Banyak sekali kekayaan
alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk melangsungkan kebutuhan
hidupnya. Alam mempunyai kontribusi yang sangat besar sekali dalam memenuhi
kebutuhan menusia, di alam ini juga manusia bertempat tinggal, jadi alam ini
lah rumah sementara manusia di bumi. Semua makhluk hidup yang Allah ciptakan
kecuali Malaikat, Allah tempat tinggalkan di muka bumi ini. Untuk lebih lanjut
mengenai alam, akan dibahas pada sub berikutnya tentang hubungan manusia dengan
alam.
c. Hubungan antara manusia dengan alam
Di sinilah tugas seorang khalifah (pemimpin) adalah
sebagai pengelola untuk memanfaatkan apa yang telah Allah sediakan di alam ini,
dan di sini pula letak kecerdasan seorang pemimpin itu diuji, apakah dapat
mengelola alam dengan baik atau justru malah merusakya. Alam semesta yang Allah
ciptkan ini sangtlah kaya sekali akan barang-barang yang dapat dimanfaatkan,
jika seorang
pemimpin dapat
memanfaatkan alam ini dengan baik, maka pemimpin tersebut bisa dikatakan
pemimpin yang cerdas, yang mampu mengelola alam ini dengan baik dan dapat
membawa masyarakatnya untuk lebih maju. Namun sebaliknya jika seorang pemimpi
tersebut tidak mampu mengolah alam ini, tidak mampu menjaga dan merawat alam
ini, dan justru mengeksploitasi secara berhambur-hamburan tidak memanfaatkan
sebagaimana mestinya, maka bencanalah yang akan timbul. Untuk itu manusia dapat
memanfaatkan sebagaimana mestinya saja, untuk merawatnya
dan menjaganya. Dengan alam yang telah Allah sediakan untuk manusia
ini, kita dapat menggali potensi-potensi yang ada di dalamya, seperti kekayaan
dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan, dari tumbuh-tumbuhan pun ada yang di darat
dan laut, hewan pun ada yang di darat dan di laut, bahan tambang mutiata, emas,
perak dan yang lainnya. Benda-benda ini telah diberi nama oleh Allah seperti
yang dijelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 31, ”Dan Dia ajarkan kepada Adam
nama-nama (benda) semuanya.” Setelah Allah menjadikan Khalifah di muka bumi ini
kemudian Allah mengajarkan kepada manusia segala macam nama makhluk yang belum
manusia ketahui sejak itu, seperti. Yang dimaksud dengan segala macam
nama adalah sesuatu, di mana denga nama-nama itu, kita bisa mengenal
pemilik nama. Misalnya nama Allah, dengan nama itu kita bisa mengenal Allah
dalam pikiran kita. Boleh juga dikatakan nama di sini berarti nama diri atau
yang dinamai, begitu pula dengan nama benda-benda yang ada di atas. Allah
menggambarkan bentuk segala makhluk dan memberinya nama. Dengan mengetahui
nama-nama makhluk atau benda yang ada di bumi ini, seperti nama manusia,
binatang, darat, laut, gunung, dan sebagainya. Manusia dengan kekuatan akalnya
memiliki kemampuan yang sangat menakjubkan. Kenapa demikian? Hal ini merupakan
sebagian tanda hikmah Allah yang sangat nyata, manusia dapat mengolah kemampuan
kecerdasannya dengan menggali ilmu yang tidak terhingga. Dengan ilmu yang tidak
terhingga tersebut manusia mampu mengolah dan mengelola alam, menggali deposito
dari perut bumi, dan menciptakan berbagai macam inovasi barang yang kemudian
dapat dijadikan sumber pendapatan bagi setiap individu maupun kelompok.
Pengelolaan itu dapat berupa mengubah kondisi bumi, tanah kering tandus menjadi
tanah subur, tanah berbukit belukar menjadi tanah datar yang bisa dtanami.
Bisa meningkatkan kualitas tumbuh-tumbuhan dan hewan ternak, selain mampu
menguasai laut, darat, dan udara, sehingga kesemuanya dapat memberikan manfaat
yang lebih besar dan memenuhi kebutuhan hidup manusia, jika kebutuhan manusia
tercapai maka masyarakat pun akan sejahtera. Dengan hal ini,
kemajuan suatu daerah pun akan dapat tercapai jika pemimpin mampu melakukan
pengelolaan alam dengan baik. Inilah tugas kita semua, Allah
mengangkat manusia sebagai khalifah tidak akan ada artinya jika tidak
disertai dengan adanya penugasan.
3. Surat
Ar-Rum ayat 30
Fa aqim wajhaka lid diini haniifan = luruskanlah pandanganmu terhadap agama Allah dengan
sepenuh hati. Apabila
kebenaran dapat mengalahkan syirik, maka hadapkanlah mukamu kepada agama yang
lurus dan hindarilah semua macam kesesatan. Perintah ini pada mulanya
ditunjukkan kepada Nabi saw. Yang dengan sendirinya merupakan peringatan yang
harus ditaati oleh umat muslim seluruhnya.
Fithratallaahil latii fa-tharan naasa ‘alaihaa = dan berpegang eratlah kepada fitrah Allah, yang dengan
fitrah itu manusia diciptakan. Tabiat yang
telah difitrahkan oleh Allah pada diri manusia adalah tabiat mengakui adanya
Allah yang Esa, yang dapat dipahami oleh akal yang sehat. Allah menciptakan
manusia mempunyai fitrah dan tabiat menerima kepercayaan (paham) tauhid dan
mengakuinya. Sebenarnya, kalau manusia ini dibiarkan berpedoman kepada akalnya
dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, maka tentulah dia akan memilih
agama Islam menjadi agamanya. Sebab islamlah agama fitrah dan tabiat, agama
yang menghargai akal.
Laa tabdiila li khalqillaahi = tidak ada perubahan terhadap tabiat yang telah diciptakan
oleh Allah (agama Allah). Pegang
teguhlah fitrah Allah yang menjadi tabiat manusia dan janganlah kamu mengganti
tabiatmu, dengan mengikuti bisikan-bisikan setan yang mempengaruhi jiwamu.
Dzaalikad diinul qayyimu = itulah agama yang lurus. Apa yang diperintahkan oleh Allah untuk mengesakan Dia,
itulah agama yang lempang, yang lurus, agama fitrah: agama Islam.
Wa laakinna aktsaran naasi laa ya’lamuun = tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.Tetapi kebanyakan manusia, karena tidak memahami
keterangan-keterangan yang dikemukakan oleh Allah, maka mereka tidak mengetahui
hal yang demikian itu. seandainya mereka mengetahuinya, tentulah akan menurut
dan tidak menghalangi manusia lain bersuluh dengan nur atau cahaya Ilahi. Melalui
ayat diatas, Allah mengarahkan kalam-Nya kepada Nabi Muhammad saw. Kata ) فاًقم و جهك ) fa aqim
wajhaka / hadapkanlah wajahmu, yang dimaksud adalah perintah untuk
mempertahankan dan meningkatkan upaya menghadapkan diri kepada Allah, secara
sempurna karena selama ini kaum muslimin apalagi Muhammad saw telah
menghadapkan wajah kepada tuntunan agama-Nya. Kata kunci dari ayat ini tertuju
pada kata (فطرة) fithrah,
terambil dari kata fathroha yang berarti mencipta. Sementara
pakar menambahkan, fitrah adalah “mencipta sesuatu pertama kali/tanpa ada
contoh sebelumnya”. Dengan demikian kata tersebut dapat juga dipahami dalam
arti asal kejadian, atau bawaan sejak lahir. Kata yang
digunkan ayat ini menunjuk kepada keadaan atau kondisi penciptaan itu,
sebagaimana disyaratkan juga oleh lanjutan ayat ini yang menyatakan “yang
telah menciptakan manusia atasnya”. Berbeda-beda
pendapat ulama tentang maksud kata fitrah pada ayat ini. Ada yang berpendapat
bahwa fitrah yang dimaksud adalah keyakinan tentang keesaan Allah swt. Yang
telah ditanamkan Allah dalam diri setiap insan. Dalam konteks ini sementara
ulama menguatkanya dengan hadits Nabi saw. Yang menyatakan bahwa: “ semua anak
yang lahir dilahirkan atas dasar fitrah, lalu kedua orang tuanya menjadikannya
menganut agama Yahudi, Nasrani atau Majasi. Seperti halnya binatang yang lahir
sempurna, apakah kamu menemukan ada anggota badanya yang terpotong, kecuali
jika kau yang memotongnya? (tentu tidak)” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan
lain-lain melalui Abu Hurairah). Mengutip terlebih dahulu
pendapat pakar tafsir Ibn ‘Athiyah yang memahami fitrah sebagai “keadaan atau
kondisi penciptaan yang terdapat dalam diri manusia yang menjadikannya
berpotensi melalui fitrah itu, mampu membedakan ciptaan-ciptaan Allah serta
mengenal Tuhan dan Syariat-Nya”. Fitrah manusia adalah apa yang diciptakan
Allah dalam diri manusia yang terdiri dari jasad dan akal (serta jiwa). Manusia
berjalan dengan kakinya. Mengambil kesimpulan dengan mengaitkan premis-premis
adalah fitrah akliahnya. Selain ayat-ayat terkait diatas adapula ayat pendukungnya diantaranya :
1. Surat
Ar-Rum ayat 41
Zhaharal fasaadu bil barri wal bahri bi maa kasabat aidin
naasi li yudziiqahum ba’dhal la-dzii ‘amiluu la ‘allahum yarji’uun = telah nampaklah kerusakan di darat dan di laut
disebabkan oleh dosa-dosa yang dilakukan manusia, supaya mereka merasakan
sebagian ganjaran (hukuman) atas perbuatan mereka. Mudah-mudahan mereka kembali
kepada kebenaran. Ketika manusia
belum tamak kepada harta (menjadi materialis) dan belum musyrik dengan
kemewahan dunia, maka dunia ini penuh dengan kebajikan dan kejayaan, keamanan
dan ketentraman. Pada
mulanya, manusia hidup pada kebahagiaan sampai kemudian timbul rasa dengki dan
tamak, yang dilahirkan dalam berbagai corak. Maka Allah mengutus Nabi-nabi-Nya
untuk menyampaikan keterangan yang menggembirakan dan menyampaikan peringatan,
selain untuk menentukan hukum diantara manusia dalam segala hal yang mereka
perselisihkan. Karena itu, timbullah pertarungan antara yang hak (benar) dan
yang batal. Allah juga menyiksa orang-orang yang durhaka dan membinasakan umat
yang ingkar. Dia mencabut keberkatan dari manusia dan menyiksa mereka dengan
mendatangkan bencana yang memusnahkan hati dan jiwanya, sehingga mereka kembali
kepada kebenaran. Kata ( ظهر ) zhahara pada
mulanya berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia
dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas.
Lawannya adalah ( بطن ) bathana yang
berarti terjadinya sesuatu di perut bumi, sehingga tidak nampak. Kata zhahara
pada ayat diatas dalam arti banyak dan tersebar. Ayat diatas
menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. ini dapat berarti
daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, misalnya dengan terjadinya
pembunuhan dan perampokan di kedua tempat itu, dan dapat juga berarti bahwa
darat dan laut sendiri telah terjadi kerusakan, ketidakseimbangan serta
kekurangan manfaat. Dosa dan pelanggaran (fasad) yang dilakukan manusia,
mengakibatkan gangguan keseimbangan di darat dan di laut sebaliknya, ketiadaan
keseimbangan di darat dan di laut mengakibatkan siksaan kepada manusia demikianlah pesan
ayat di atas. Semakin banyak kerusakan terhadap lingkungan, semakin besar pula
dampak buruknya terhadap manusia.
2. Surat
Al-Hadid ayat 7
Aaminuu billaahi wa rasuulihii = Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Akui keesaan Allah dan benarkanlah Rasul-Nya. Jika kamu
sudah beriman tingkatkanlah keimananmu.
Wa anfiquu mim maa ja’alakum mutakh-lafiina fiihi = Serta nafkahkanlah sebagian harta yang Allah menakdirkan
kamu menguasainya. Belanjakanlah
sebagaian hartamu di jalan Allah. Harta itu berada di tanganmu adalah sebagai
barang pinjaman. Dahulu, harta-harta itu di miliki oleh orang-orang sebelummu
dan sekarang telah berpindah ke tanganmu, tetapi kelak akan berpindah pula
kepada orang lain. Oleh karena itu pergunakanlah hartamu dalam
pekerjaan-pekerjaan taat agar kamu tidak menghadapi hisab yang pait di akhirat
kelak. “Jalan Allah” adalah segala kebajikan yang manfaatnya kembali padamu,
kepada tanah air, bangsa dan agamamu. Ingatlah, bahwa kamu adalah
khalifah-khalifah Allah untuk memelihara harta itu. Kamu telah mewarisinya dari
orang orang yang sebelummu dan bakal di warisi lagi oleh orang-orang yang
datang sesudah kamu.
Fal la-dziina minkum wa anfaquu
lahum ajrun kabiir = Maka, orang-orang yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan hartanya akan memperoleh pahala besar. Orang-orang yang beriman di antara kamu dan membelanjakan
sebagian harta mereka di jalan Allah akan memperoleh pahala yang besar. Di
akhirat mereka melihat kemuliaan yang belum pernah tergores di hatinya di dunia
ini. Setelah ayat-ayat yang lalu menegaskan penciptaan dan kuasa Allah
atas segala sesuatu di alam raya dan ketercakupan pengetahuan-Nya menyangkut
segala yang lahir maupun yang batin, yang kesemuanya menunjukkan kewajaran-Nya
untuk dipatuhi, maka ayat di atas menguraikan konsekuensi dari hal-hal tersebut
dengan menyatakan: berimanlah kamu semua kepada
Allah dan Rasul yang di utus-Nya dalam
menyampaikan tuntunan-tuntunan-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari apa yakni harta atau apapun yang Dia
yakni Allah titipkan kepada kamu dan telah menjadikan kamu berwewenang
dalam penggunaan-Nya selama kamu masih hidup. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan berinfak walau sekedar
apapun, selama sesuai dengan tuntutan Allah, bagi mereka pahala yang
besar. Kata (مستخلفين) mustakhlafin penulis
terjemahkan dengan berwewenang. Dari akar kata yang sama ini
lahir kata (خليفة) khalifah yakni penguasa yang
berwewenang mengelola sesuatu. Mustakhlaf adalah yang diberi
wewenang. Penyusun Tafsir al-Muntakhab menjelaskan dengan
kata Dia titipkan kepada kamu. Memang kata Mustakhlafin terambildari
kata (خلف) khalf yang berarti belakang atau siapa
yang datang sesudah yang lain datang. Atas dasar itu al-Jalalain
misalnya, menjelaskan kata tersebut dengan menyatakan bahwa yang di maksud
adalah harta orang-orang sebelum kamu dan yang kamu akan di gantikan yakni
dalam kepemilikan atau wewenang pengelolaannya oleh siapa yang datang sesudah
kamu. Thabathaba’i mengemukakan dua kemungkinan makna. Salah satu di antaranya
adalah merujuk kepada kata khalifah itu. ulama itu menulis
bahwa jika makna ini yang diterima, maka penggunaan redaksi tersebut untuk
menjelaskan keadaan manusia yang sebenarnya, dan ini pada gilirannya akan
mendorong mereka berinfak, karena jika mereka sadar bahwa harta adalah milik
Allah dan mereka ditugaskan menjadi khalifah atas harta itu yakni wakil-wakil
dari sisi Allah dalam menggunakan sesuai tuntunan-Nya, maka akan terasa mudah
bagi mereka menginfakkannya. Dalam konteks menginfakkan harta, Rasul Saw.
mengingatkan bahwa tidak ada yang menjadi milik putra putri Adam, kecuali apa
yang dia makan hingga habis, apa yang dia pakai hingga lapuk dan apa yang dia
sedekahkan sehingga menjadi kekal baginya (di akhirat nanti) HR Muslim,
at-Tirmidzi dan an-Nasa’i melalui Mutharraf dari ayahya.
3. Surat
Al-Mulk ayat 15 “Manakibiha” dalam
ayat di atas ada tiga tafsiran, yaitu:
a. Jalan,
sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di segala jalan.” Ini
adalah
pendapat
Ibnu ‘Abbas dan Mujahid.
b. Gunung,
sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap gunung.” Jika
gunung
saja mampu ditempuh, maka lebih-lebih daerah yang rendah di
bawahnya.
Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas lainnya, pendapat Qotadah dan Az Zujaj.
c. Penjuru, sehingga maknanya, “Maka berjalanlah di setiap
penjuru bumi.” Ini adalah
pendapat Maqotil, Al Farro’, Abu ‘Ubaidah, dan Ibnu Qutaibah. Makna inilah
yang dipakai oleh terjemahan DEPAG RI.
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan ayat
di atas, “Sesungguhnya Allah yang menundukkan bumi bagi kalian agar kalian bisa
memenuhi berbagai kebutuhan (hajat) kalian.” Ini menunjukkan nikmat Allah
dengan memberikan segala kemudahan bagi setiap manusia. Maka Allah-lah yang
pantas dipuji dan disanjung. Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah
dijelajahi maksudnya adalah Dialah Allah yang menundukkan bumi untukmu agar
kamu dapat memperoleh kebutuhanmu, seperti menanam, membangun,
menggarap dan jalan-jalan untuk menyampaikan ke negeri yang jauh. Dalam
surat Al-Mulk ayat 15 di atas juga menunjukkan disyariatkannya berjalan di muka
bumi untuk mencari rizki dengan berdagang, bertani, dsb. Ini menunjukkan bahwa
tawakkal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha. Maka jelajahilah di segala
penjurunya Untuk mencari rezeki. dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
B.
Hadist-Hadist Yang Terkait
عن ابى هريرة : ان رسول
الله صلعم قا ل : كل مول د يولد على الفطرة فابوه يهودانه وينصرانه ويمجسانه (روه
البخار)
Setiap manusia yang lahir, lahir di atas fitrah "Tauhid", namun
kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, nashrani atau majusi).
Keterangan tsb
adalah sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dalam hadits riwayat
Bukhari & Muslim.
Fitrah dalam
keterangan hadist tsb adalah Suci "tanpa dosa sedikit pun" dan status
si bayi dalam keadaan Islam.
اذ اردت انتفعل امرا فتدبر عا قباته وان كا ن خير فامض وان
كان شرا فا نته
“Jika kamu ingin melakukan
perbuatan atau kegiatan, maka pertimbangkan akibatnya. Apabila baik
lanjutkanlah, dan apabila buruk menjauhlah.” (H.R. Ibnul Mubarok).
DAFTAR PUSTAKA
Husaini ustman, Manajemen,
(Jakarta Timur:PT Bumi Aksara)2013
M. Quraish Shihab,
Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati), 2002
Teuku
Muhammad Hasby ash-Sshieddiqy, Tafsir Al-quran Majid An-nur, (Semarang:
PT Pustaka Rizki Putra), 2000
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang
manusia atau pemimpin harus mempunyai ilmu untuk kepentingan dirinya sendiri
maupun kepentingan orang banyak. Apabila seseorang tidak mempunyai ilmu, maka
tidak bergunalah manusia itu, untuk itu kita sebagai manusia yang diberi akal
pikiran oleh Allah, seyogyanya kita dapat belajar, dapat menggali
sebanyak-banyaknya ilmu-ilmu yang telah disediakan oleh Allah. Al-qur’an
sebagai pedoman hidup manusia, kita dituntut untuk berperilaku sesuai dengan
ketentuan syariatnya. Apabila dalam proses perjalanan hidup di dunia kita tidak
mempunyai bekal ilmu, maka jangan harap akan mendapatkan kehidupan yang layak
di akhirat kelak. Begitu pentingnya sebuah ilmu untuk menjadi petunjuk kita di
dunia maupun di akhirat.
Manusia
belum mampu memanfaatkan kekayaan alam dengan baik, kenapa bisa dikatakan
demikian? Karena pemanfaatan yang dilakukan manusia saat ini adalah pemanfaatan
yang sifatkanya serakah. Hasil dari potensi alam tersebut di ambil
sebanyak-banyaknya dan hanya dikuasai oleh kaum-kaum penguasa saja, hasilnya
tidak dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena manusia
tidak mengetahui ilmu untuk memelihara alam dengan baik karena manusia tidak
mau belajar dan tidak mau mendengarkan titah Allah yang ada dalam Al-qur’an.
Akibatnya manusia nantinya akan menerima sanksi dari Allah atas dosa-dosa yang
telah diperbuatnya. Penyebab dari kerusakan alam adalah manusia itu sendiri,
manusia tidak berpikir lagi atas perbuatan yang dilakukannya yang nantinya
dapat menimbulkan kerusakan dari pemanfaatan alam yang sifatya serakah
tersebut. Dari potensi alam yang dikelola oleh kaum penguasa yang hasilnya
hanya untuk kepentingan pribadi tersebut, tidak untuk kepentingan masyarakat
luas, akibatnya banyak sekali masyarakat yang tidak sejahtera, dan kemiskinan dan
kelaparan akan menimpa masyarakat.
B.
Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini semoga dapat menambah wawasan bagi seluruh
Mahasiswa khususnya para pembaca agar tergugah untuk terus dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam usahanya, dan dapat menambah pengetahuan
bagi rekan-rekan mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah ini,
“Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al Mulk: 15) Ibnul Jauzi menafsirkan, “Kalian
akan dibangkitkan dari kubur-kubur kalian.” Hal ini menunjukkan
adanya hari berbangkit dan hari pembalasan. Dan hanya kepada-Nyalah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan penjelasannya adalah Yakni setelah kamu
berpindah dari tempat yang Allah jadikan sebagai ujian dan sebagai penyambung
untuk melanjutkan ke negeri akhirat, maka kamu akan dibangkitkan dan dikumpulkan
kepada Allah untuk diberi-Nya balasan terhadap amalmu yang baik dan yang
buruk. Ayat ke lima belas ini menjelaskan bahwasnya apa yang diciptakan di
bumi ini aquntuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Penciptaan berbagai macam
jenis makanan, minuman, cuaca, panas, dingin, hujan, dan lainnya, semua ini
diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia di bumi ini. Allah lah yang
telah menjadikan bumi ini tunduk ke bawah keinginanmu, dan kamu dapat
memanfaatkan segala isinya. Allah pula yang menciptakan mata air di muka bumi
agar kamu dapat mempergunakannya untuk binatang-binatang ternakmu
dan tanaman-tanamanmu. Oleh karena itu berjalanlah kamu keseluruh plosok bumi
untuk mencari rezeki dan transaksi dagang serta makanlah apa yang telah
diwujudkan Allah di bumi.Kepada Allah tempat kembalimu pada hari kiamat. Oleh
karena itu, hendaklah diyakini bahwa kamu berdiam di dunia dan makan rezeki
yang diberikan oleh Allah hanyalah untuk sementara. Karena itu, jangnlah kamu
menyangkal kebenaran dan janganlah kamu mengerjakan maksiat dan durhaka.